Jumat, 25 Februari 2011

Tapak Tilas di Kecamatan Ile Ape Timur

Pagi itu, ku minta izin pada Sang Maha Kuasa untuk berniat bekerja, tak lupa juga tangan coklat kecilku dicium wanita cantik berjilbab. Itu menandai bahwa aku telah diizinkan untuk pergi meraup sesuap nasi. Perlu diketahui wanita berjilbab itu adalah kekasihku sepanjang hidup alias istriku. Tapi ceritanya sangat panjang kawan, kenapa dia mau menjadi teman hidupku. Ku kendarai motor berwarna merah yang setia menemaniku. Akupun berangkat menuju kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Lembata yang telah menjadi penompang hidup dalam keluarga. Sesuai rencana, yang telah ku rancang dengan menggunakan metode peramalan sejak kemarin untuk turun lapangan ke kecamatan yang menurut cerita punya pesona alam sungguh menajubkan hari inipun insya Alloh ku laksanakan.

Setelah lapor diri pada suatu kertas yang merakap kehadiranku, mulailah aku berangkat bertugas ke lapangan. Sebelum berangkat telah ku persiapkan sebuah camera merk sony hasil pinjaman dari Bapak Kepala BPS, sebotol minuman penyegar dahaga, dan perlengkapan lainnya untuk bekerja. Penyusuran ke tempat lapangan dimulai dengam melawati jalan beraspal yang sangat gagah walaupun sempit tidak seperti jalan di Jawa. Konon di kabupaten ini belum merdeka, hal ini terlihat dari fasilitas sarana umum yang belum memadai mulai dari akses telpon, listrik maupun jalan tidak semua daerah di sini terfasilitasi dengan baik. Jalan beraspal ini hanya sepanjang sekitar 10 Km dari pusat kota.



Akupun berjuang melawan dan menepuh jalan yang berbatu, bertanah ditambah lagi penuh lubang. Dengan mengandalkan motor merah yang kelihatannya kuat itu, ku berjuang demi melaksanakan tugas dan disamping itu ingin menjadi saksi hidup melihat pesona alam Ile Ape Timur. Ketika ku melintas rawa-rawa kering penuh dengan tumbuhan bakau, seakan-akan tumbuhan bakau itu memanggilku dengan desiran angin. Ku hentikan mesin motor merahku, dan pastinya selalu berucap “Subbahanallah inikah ciptaanNya”. Sungguh luar biasa, tidak ada siapapun yang dapat membuat kecuali Dia. Daun-daun bakau yang menghijau, suara burung berkicau, sapaan orang lewat yang sangat ramah dan desisan angin yang membawa berita dari pohon bakau barkata “foto lah Aku”. Akhirnya ku abadikan pemandangan ini dalam media elektronik yang ku bawa. Ini adalah potret pertama dari sederatan pemandangan alam yang akan ku lintasi hari ini.


Ku teruskan tantangan ini dengan melawati jalan yang kurang bersahabat. Setelah melintasi Desa Watodiri sampailah pada desa pertama yang merupakan wilayah Kecamatan Ile Ape Timur yaitu Desa Todonara. Tapi kawan perlu ketahui, ternyata ada tindakan kriminalitas di desa ini. Waduh terasa ngiris juga suasana desanya. Ahai, tapi kawan jangan ditelusuri lebih lanjut, lihatlah orang-orang yang telah berpuluh-puluh tahun hidup di desa itu yang sangat ramah. Bahkan mungkin keramahan orang jawa terkalahkan. Sungguh pantas sekali kalau Indonesia mendapat julukan negara murah senyum. Presiden Sby aja murah senyum apalagi rakyatnya.
Akupun berinteraksi dengan ibu-ibu yang lagi asyik ngobrol untuk menanyakan keberadaan anak buahku yang konon tinggal di sini. Dia menjadi mitra ku dalam menyelesaikan tugas negara ini. Keberhasilan pembangunan negara ini seakan-akan berada di ujung tangannya. Ku tanya kepada ibu-ibu itu, “Tahu di mana Manto kah ibu?”. Dengan senyum manisnya beliau menjawab “rumahnya di atas jauh di sana tapi, ada rumah orang tuanya di Dusun I rumah kedua, tapi mungkin orangnya lagi cabut kacang di Desa Waipukang”. Akupun menunjukan ekspresi sedih karena belum bisa menemui orang yang ku cari ini, tapi ibu itu tahu kesedihanku. Tanpa basa-basi dengan instruksi menggunakan bahasa yang tak ku kenal seraya menyuruh anak muda yang lagi asyik main bola kaki untuk mencari Manto. Pemuda itupun langsung mengikuti komando dari sang ibu itu. Dia mengambil Handpone, kemudian telpon ke Manto. Pemuda itu bercakap dengan Manto menggunakan bahasa yang tak ku bisa pelajari dengan segampang belajar Matematika. Tak lama kemudian datanglah orang yang ku cari itu, dengan mengendarai kendaraan gagahnya. Itulah seklumit keramahan orang-orang yang berjuang hidup di Desa Todonara ini.

Setalah aku melakukan brefing ke mitra kerja ku ni, akupun ingin melanjutkan perjalananku. Sangat disayangkan, cuaca tidak bersahabat dengan ku. Turunlah air diatas langit itu membasahi desa ini. Akupun berteduh, tanpa dikomando pemuda yang membantuku tadi, langsung mengambil kursi-kursi untuk tempat duduk. Ini adalah keramahan yang ketiga. Luar biasa orang-orang di sini. Setelah menunggu sekian menit, air langit itupun berhenti yang menunjukkan bahwa aku dipersilahkan untuk melanjutkan perjalananku.
Aha ketika selesai mengunjungi Desa Todonara ini, tiba-tiba terbentang jalan beraspal yang panjang untuk akses ke desa selanjutnya yaitu Desa Jontona. Surprise dalam perjalanan ke desa tesebut aku disuguhi pemandangan laut yang sungguh menawan. Gunung karang di tengah lautan yang nampak menguning karena rumput-rumput yang hidup digunung itu sudah mulai kekeringan. Tapi indah sekali dipandang dari kejauhan, tanpa basa-basi ku foto pesona alam ini. Gunung itu dikelilingi air asin yang jernih seperti mata air yang keluar dari singgasananya. Konon tempat itu namanya Tanjung Baja dan terkenal dengan binantang yang dilindungi yaitu rusa. Tempat ini kelihatan indah dari sudut pandang jalan di Ile Ape Timur ini. Ku menyisiri jalan dengan selalu ditemani pemandangan laut ini dan tak berapa lama sampailah ke Desa yang kedua yaitu Desa Jontona.

Setelah menemui mitra kerjaku utuk wilayah ini, aku minta tolong ke dia untuk mennunjukkan tempat yang layak terekam dalam fotoku ini. Tanpa basa-basi dia langsung menggiring ku ke pantai. Melawati rumah-rumah penduduk dan pekarangannya, kemudian sampailah aku ke tempat tujuan tersebut. Akupun berpose untuk di foto dengan pemandangan laut nan indah ini. Ku potret seorang nelayan yang lagi menyandarkan perahunya di tepi pantai. Nelayan itu pun tersenyum karena lagi dipotret oleh seorang pemuda dari jawa ini. Lautnya bersih, tidak ada sampah-sampah non organik yang ada di pantai ini. Pantes saja, berbagai ikan mau tinggal lama dilaut ini dan merelakan hidupnya untuk di tangkap oleh jaring-jaring nelayan.
Okey guys kita lanjutkan perjalanan ke desa selanjutnya, Desa Lamawolo, Lamatokan, Bao Lali Duli kemudian ke Lamaau. Dalam perjalanannya aku ditemani ladang kacang, jagung dan lain sebagainnya. Setiap orang bertemu dengan aku selalu menebarkan senyumya walaupun mereka tidaklah ku kenal. Inilah pelajaran yang keempat dari keramahan orang-orang di sini. Apalagi ketika menemui anak sekolah yang lagi pulang, mereka pasti mengucapkan “selamat siang” atau ada yang mengucapkan “selamat”. Mungkin mereka telah diajarai tata krama yang luar biasa disekolahnya. Mereka ada yang harus jalan jauh dari rumahnya untuk pergi ke sekolah, tidak ada namanya sepeda win cyle atau tiger di daerah ini. Demi ilmu, demi masa depan tanah air mereka rela berjalan jauh. Lihat penampilannya, ada yang tidak bersepatu, ada yang seragamnya kotor, dan ada yang tidak bawa tas. Tapi melihat senyum ceria mereka, itu menandakan mereka ingin mencapai masa depannya yaitu sebuah cita-cita yang menarik. Melihat mereka, seraya mengingatkan ku ketika itu lagi bersekolah. Dengan semangatku, akhirnya cita-citaku tercapai juga yaitu punya istri yang berjilbab kayak bidadari yang turun dari surga, menjadi seorang pegawai negeri atau abdi negara. Luar biasa kan kawan!!. Semagat laskar pelangi dalam buku karangan Andrea Hirata Semang yang harus patut untuk ditiru saat ini. Wahai adekku, semoga cita-cita kalian dapat tercapai dan menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa ini.


Tiba saat nya ke Desa Lamaau, setelah berbincang-bincang sebentar dengan mitra tugas untuk wilayah Lamaau, aku minta petunjuk dari beliau dimana pemandangan yang bagus disini. Kemudian dengan senyum manisnya, bilang “ di pantai, jalan ini lurus saja sekitar 200 m”. Tanpa basa-basi akupun ke pantai tersebut. Ku lihat pesona alam yang luar biasa lagi, pasir yang putih, laut yang jernih, awan yang cerah. Ketika aku menoleh ke belakang tampak gunung Ile Ape yang masih aktif itu dikelilingi awan yang melingkar seperti cincin planet saturnus. Pemandangan seperti ini tak luput dari rekaman camera ku. Terima kasih bapak paulus payong yang telah memberikan petunjuk tentang wisata alam ini. Sejenak kemudian aku pun pergi meninggalkan singgasana alam yang indah ini untuk menuju ke Desa berikutnya yaitu Aulesa, Waimatan dan Desa terakhir Lamagute.

Melewati jalan yang berbatu-batu dengan tikungan yang tajam, mendagi. Tapi itu semuanya sudah terbayar ketilka menacapai Desa Waimatan dan Lamgute. Desa tersebut berada dibawah lembah, dilindungi oleh bukit-bukit yang berbatu dan lautan lepas yang mempesona. Batu-batu bukit itu berdiri kokoh tidak mau meruntui seorang pun yang hidup di Desa tersebut. Dengan cengkraman akar-akar pohon lamtoro menamabah kekokohan batu-batu bukit tersebut. Akses jalannya sudah beraspal gagah berani, fasilitas umum seperti sekolah, gereja, listrik sudah masuk didalam wilayah tersebut. Ada satu yang menjadi janggalan dalam desa tersebut yaitu tidak adanya akses sinyal untuk HP sehingga untuk sarana komunikasi sangat sulit dicari.
Sungguh letak desa yang menakjubkan, wisata alam di bali mungkin kalah dengan pesona desa ini. Sungguh sangat menarik untuk dijadikan tempat wisata,. Konon katanya pada bulan tertentu laut yang telah melindungi Desa Waimatan dan Lamagute sering menjadi jalur migrasi ikan raksasa pada bulan Oktober. Wow, kawan mempesona kan!!!. Bila kita potret diatas bukit tentang keindahan desa tersebut maka hasil potertannya akan menjadi buah karya yang mempesona. Buah karya ini bisa diabadaikan dalam bacground layar komputer, Laptop ataupun HP. Bila ada lomba potert pemandangan maka potert pemandangan di desa inilah yang akan menjadi nomor wahid alias satu......... Sangat disayangkan kalau kawan-kawan hanya tahu tempat wisata di Jawa dan Bali. Lihatlah pulau yang berada di ujung timur ini, belum terjamah oleh kerakusan perusahaan-perusahaaan sehingga dijamin disini bebas polusi. Kalau kawanku tidak percaya, silakan segera kunjungi dan aku siap menjadi pemandu wisatannya. Ok... Aku tunggu kedatanggannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar